HMI dalam PEMIRA? Untung apa?


”Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudra, agar

 tidah jadi bangsa yang hanya dari 2 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa kuli.
 Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”
Soekarno, Presiden Pertama RI.

Perjuangan mahasiswa Indonesia belum selesai dan tetap teguh dipegang dan akan tetap digelorakan. Panggilan jiwa itu selalu berdengung untuk menegakkan pilar-pilar demokrasi kampus sebagai bentuk pengawalan seluruh kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam “HMI” yang tak lepas dari pergolakan pejuangan idealismenya sebagai aset pembelajaran mahasiswa demi terciptanya demokrasi yang adil dan bermartabat.

 HMI berusaha mewarnainya dengan mengukuhkan Tridarma Perguruan Tinggi yang dalam tujuan mulianya berbunyi “Terbinanya insan akademis, pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”, yang hingga saat ini selalu setia dan selalu menjadi dasar pejuangan mahasiswa Islam yang secara spiritual selalu menjadi cambuk bagi berbagai kepentingan ber-HMI dalam konteks sebelum, selama dan sesudah Permira.

Pemira akronim pemilihan raya seluruh mahasiswa dalam kampus yang merupakan salah satu bentuk pemenuhan hak asasi mahasiswa yang dapat mengungkapkan pendapat mereka secara politik di dalam kampus. Pemira merupakan sarana yang “katanya” demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan di lingkungan kampus. Demokrasi disini adalah kedaulatan golongan tersendiri yang memenangkan kepemimpinan kampus yang pada dasarnya tidak memenuhi kebutuhan asasi mahasiswa secara prestisius kampus sebab di temukannya pelanggaran politik di dalamnya.



Pelaksanaan kedaulatan dalam pemira tidak dapat dilepaskan dari konsekuensi logis yang menganut prinsip kedaulatan pemira. Prinsip dasar kehidupan yang demokratis adalah setiap pemilih berhak ikut aktif dalam proses pemira ataupun politik. Hak mahasiswa untuk ikut serta dalam pemira disebut hak pilih. Hak pilih di lingkungan kampus terbagi atas dua yaitu hak pilih aktif (memilih) dan hak pilih pasif (dipilih). Di Indonesia hak memilih diberikan kepada lingkungan kampus (mahasiswa) yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Undang–Undang pemira (Kansil, 2001:3)

Pemilihan Raya presiden BEM/Ketua Dema I Institut Agama Islam Negeri merupakan sarana untuk menyelenggarakan pergantian kekuasaan ditingkat Universitas sebagai syarat untuk meneruskan kepemimpinan. Pemilihan Raya dilakukan sama halnya dengan Pemilihan Umum (Pemilu) dimana dalam Pemilu mengandung nilai-nilai demokrasi. Implementasi nilai-nilai demokrasi dalam pemilu yaitu mencerminkan nilai kebebasan, nilai kejujuran, nilai keadilan dan nilai keterwakilan. Sayang KPU dan Panwaslu kampus sebagai lembaga controlling, lemah dalam kepercayaan mahasiswanya sebab ditemukan ketidak jelasan rundown pelaksanaan Pemilu yang ditemukan kecacatan di dalam regulasinya.

HMI tentu sangat di untungakan secara teori politik yang mana masuk dalam salah satu materi di Ideopolistratak di materi LK 2 maupun forum diskusi lain, namun sangat dirugikan ketika teori marketing politik dengan segmentasi, targeting, position sudah dipegang kawan Organisasi Ekstra lain seperti dengan dominasi PMII di Kampus ini.

Menurut teori marketing politik Push, Pull, Pass maka akan menunjukan bahwa pemasaran politik (marketing politik) harus diorganisasikan sebagai salah satu bentuk produk sosial yang memberikan citra agen HMI sebagai calon mumpuni yang diasosiasikan dengan ruang publik atau public sphere misalnya sebagai media promo untuk mendorong citra di media massa online sebagai sasaran kampanye.Tak lupa sebagai objek kampanye dan agen kampanye atau dalam event-event kemahasiswaan yang juga sejalan dalam memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan sebagai pemenang Pemira dalam kontestasi sebagai Presiden Mahasiswa.

Marketing politik harus digerakkan oleh empat elemen utama, yakni: 1. Product (produk) Berarti partai, kandidat dan gagasan partai yang akan disampaikan konstituen. Produk ini berisi konsep, identitas ideology. Baik dimasa lalu maupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik. 2. Place (tempat) dalam pemasaran sangat penting dan strategis dalam menarik perhatian pembeli. Dalam konteks politik, tempat sering diasosiasikan dengan istilah ruang publik atau public sphere misalnya media massa. 3. Price (harga) mencakup banyak hal, mulai dari ekonomi, psikologis, sampai citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan citra nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan Negara Promotion (promosi) adalah usaha yang dilakukan untuk menarik perhatian para pembeli melalui teknik-teknik, apakah itu melalui media cetak, elektronik maupun tradisional. (Firmanzah 2008).

Marketing politik dapat di gelorakan, namun memang membangun kepercayaan dan image public ini hanya bisa dilakukan melalui hubungan jangka panjang tidak hanya pada masa kampanye saja, maka strategi politik HMI adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus menerus untuk membangun kepercayaan dari rakyat melalui sebuah hubungan jangka panjang (Firmanzah, 2008:156). Bila HMI memang benar berkeinginan duduk di tahta tertinggi sebagai Presma, disamping dengan upaya di atas harus pula di imbangi dengan perwujudan penguatan akar sejak di penjaringan maba, kualitas perkaderan, fokus kampus sebagai ajang penggemblengan yang secara masif selaras dengan kegiatan HMI, untuk selanjutnya Kawah Candradimukan-nya HMI memang di ejawentahkan didalam seluruh kegiatan kampus, bisa dari HMJ, UKM,selajutnya Ketua HMJ, Ketua UKM, UKK, Ketua UKK.

Maka dari itu kualitas Insan Akademis kawan-kawan HMI berhak untuk diafiliasikan secara terarah, mengakar, berjenjang di lembaga intra Kampus sembari membangun kualitas serta kuantitas kader yang secara langsung juga memberikan keuntungan bagi perjuangan Pemira dan pembelajaran Anggota HMI tanpa mensekulerkan kegiatan di HMI. Sehat-nya HMI, sehat pula arah gerak HMI baik secara struktural maupun spiritual. HMI percaya dengan nilai luhur akan kebenaran, jika masih belum, maka sifat hanif tersebut masih dinaiki oleh kepentingan politis dari Internal HMI sendiri, karena Kampus tidak akan melihat dari kader siapa seorang Capresma itu tapi dari Kapabilitas mana yang berhasil ditawarkan. Jadi masih ragu dengan kemenangan Pemira sejalan dengan kuantitas, penulis katakan TIDAK!!!(k.msg)

2 Comments

Previous Post Next Post